Kota Malang - efnews.id
Untuk kuatkan citra Kota Kreatif, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang gelar Malang Creative Festival Kayutangan Heritage, pada Sabtu, 26 November 2022 sebagai tanda bangkitnya ekonomi kreatif Kota Malang.
Festival yang digelar di jalan Basuki Rahmat, Kayutangan ini menghadirkan sekitar 50 tenant UMKM dari Kriya sampai Kuliner hingga penampilan musik lokal dan penampilan Cosplay Wayangan. Gelaran ini dibuka sejak pukul 09.00 pagi sampai selesai dan mendapat respon yang luar biasa.
Malang Creative Festival sengaja dihadirkan untuk menegaskan kepada para wisatawan dan masyarakat Kota Malang bahwa kota Malang tidak hanya sebagai Kota Pelajar saja, namun juga menjadi Kota Kreatif. Potensi Kota Malang dianggap mampu untuk menghadirkan ragam kreativitas anak muda untuk menumbuhkan perekonomian kreatif.
Hadir pula Walikota Malang, Sutiaji yang terlihat berkeliling stand sambil bercengkarama dengan stand-stand yang ada. Beliau juga mencoba beberapa menu khas andalan UMKM serta mencoba barang-barang kriya hasil kerajinan UMKM.
Dari UMKM sampai sejumlah perwakilan hotel terlihat tumplek blek jadi satu di festival ini. Sutiaji berencana untuk menggelar event seperti ini setiap bulan yang rencananya digelar pada sore hingga malam hari. Pihaknya akan siapkan tenda UMKM dan peserta bebas mendekor kemasan atau tampilannya.
Salah satu stand yang menarik perhatian banyak pengunjung adalah D’Mart di stand nomer 35 dengan taglinenya “Bersama ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) Membangun Ekonomi Kreatif”. Bahkan Pak Sutiaji dan Istri terlihat bersemangat sekali melihat teman-teman difabel namun tak putus harapan dan tetap hidup dalam kreatifitasnya.
“Sekarang lagi diterapkan ‘Merdeka Belajar’, jangan pernah sampai ada istilah menjudge anak (Kebutuhan Khusus) tidak bisa berbuat apa-apa, karena sebenarnya ‘Merdeka Belajar’ itu sebenarnya untuk menggali potensi anak. Tak lupa saya ucapkan Dirgahayu untuk Hari Guru dan karya Guru sangat berharga dalam menggali potensi anak,” kata Walikota yang akrab dipanggil Cak Ji ini.
Joko Rendy, seorang yang bisa dibilang manula namun semangat membimbing teman-teman ABK ini, dari event Pasar sampai di gedung DPRD, dari pameran di jalanan sampai pameran di tempat elit di Mall dan Hotel Bintang 5 mengatakan sangat berterimakasih telah diberi kesempatan untuk menampilkan karya-karya terbaik teman-teman ABK.
“Kami akan tetap membawa karya unik dan menarik Batik khas Malangan dan Replika Topeng Malangan dari adik-adik difabel Malang Raya, binaan Sanggar Tithiek Tenger,” ujar pria yang akrab dipanggil Djokren ini yang menerangkan bahwa produk yang dihasilkan teman-teman ABK ini berbasis bisnis lestari.
D-Mart menampilkan bingkai keberagaman Topeng Malangan yang diwujudkan dalam bentuk replika topeng, busana batik bermotif topeng, Souvenir Kayu Berbentuk Replika Topeng dan juga Coklat bermotif Topeng Malangan. “Disini selain menjual hasil kerajinan, pengunjung yang ingin diajari untuk mewarnai topeng atau membatik bisa diajari langsung oleh adik-adik ABK,” jelas pemilik Sanggar Tithiek Tenger yang bermarkas di Pasar Bareng ini.
Salah satu stan yang juga menarik dengan tampilan kain batiknya yang khas adalah “Batik Niati” yang dimiliki oleh aktivis sosial namun selalu berkreasi dengan batiknya. Kusniati mengatakan bahwa banyak pesanan kemeja dan kaos serta fashion batik dari pengunjung yang datang.
“Ucapan terimakasih saya berikan untuk Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) bersama Disporapar Kota Malang yang sudah memberikan kepercayaan kepada batik Niati untuk bergabung dalam Malang Creative Festival di Kayutangan Heritage ini,” ujar Kusniati
Salah satu pengunjung, Pak Setiawan melihat festival ini bagus, namun berharap agar event ini tidak hanya sekedar event akhir tahun yang dipaksakan. “Harus menjadi agenda event yang direncanakan matang sehingga dapat menarik pengunjung tidak hanya dari Kota Malang, namun juga dari luar Malang juga. Tapi untuk awal penanda bangkitnya Malang Kota Kreatif sudah bagus dan berharap bisa menjadi momentum di tahun depan event ini dikemas lebih kreatif terutama dalam hal kemasan untuk bisa membedakan Festival Creative Malang dengan Festival di kota lain,” tutupnya kepada efnews.id
Reporter: Francis Xavier