EFNEWS.ID - Kota Malang
Dunia sepakbola Indonesia sedang berduka, masih jelas isak tangis keluarga dari ratusan supporter yang diberitakan telah meninggal karena insiden rusuh Sabtu (1/10/22) malam lalu. Stadion Kanjuruhan, Kab. Malang menjadi saksi bagaimana banyak nyawa melayang hanya demi sebuah pertandingan yang sama sekali tidak sebanding dengan nyawa-nyawa tersebut.
Sampai hari ini diberitakan sebanyak 187 orang supporter Arema telah meninggal, bahkan ratusan lainnya masih terkapar di rumah sakit. Bagaimana tidak perih hati sanak keluarga yang ditinggalkan. Apabila kepergian anggota keluarga yang hanya berpamitan untuk menonton club sepakbola idolanya, namun tidak pernah pulang kembali.
Tragedi Kanjuruhan, menjadi sorotan dunia hingga detik ini. Menyayangkan betapa seharusnya tragedi rusuh ini sebenarnya tidak perlu terjadi saat Tegaskan Supaya Oknum Penembakan Arema FC melawan Persebaya Surabaya malam itu. Banyak pihak menganggap bahwa apa yang dilakukan petugas polisi dengan menembakkan gas air mata ke arah tribun yang dipenuhi penonton adalah sebuah pelanggaran keras.
M. Simamora, Ketua PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani) Jawa Timur, yang ditemui di sela-sela kegiatannya bersama dengan Christanto (Sekretaris PEWARNA Jatim), juga mengecam adanya penembakan gas air mata ini yang telah merenggut banyak nyawa yang tidak bersalah.
"Usut tuntas, sampai ke akar-akarnya", tegas M. Simamora kepada media. "Siapapun yang telah menyebabkan tragedi ini menjadi duka seumur hidup bagi keluarga yang ditinggalkan, harus dihukum dengan seberat-beratnya", jelasnya lagi.
Harapan M. Simamora, kejadian seperti jangan sampai terulang lagi. Harus menjadi perhatian bagi panitia pelaksana, aparat yang bertugas, serta semua supporter yang datang menyaksikan secara langsung pertandingan bola.
"Kami, menyampaikan rasa duka yang mendalam, turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya, kepada semua keluarga supporter yang telah ditinggalkan", tutupnya. (redaksi)