menu
0
257
dilihat
Hari Tari Sedunia ditetapkan oleh Unesco setiap tanggal 29 April

Kota Malang turut memeriahkan peringatan ini dengan festival dua hari bertajuk "Malang Menari Mberot Gembira"

efnews.id - Kota Malang

Di tengah gempita dunia yang merayakan Hari Tari Sedunia setiap tanggal 29 April yang telah ditetapkan oleh Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), Kota Malang turut memeriahkan peringatan ini dengan festival dua hari bertajuk "Malang Menari Mberot Gembira". Festival ini diinisiasi oleh Dr. Roby Hidajat, M.Sn, seorang penggiat seni tari di kota ini, yang menggabungkan kreativitas dan tradisi dalam rangkaian acara yang diadakan pada 29 dan 30 April 2024.

Acara ini merupakan kolaborasi antara Fakultas Sastra Jurusan Pendidikan Seni Tari dan Musik Universitas Negeri Malang dengan Kampung Budaya Polowijen (KBP), menampilkan keragaman seni tari dari tradisional hingga kontemporer. Pada hari pertama, kegiatan berlangsung di kampus Universitas Negeri Malang, dan dilanjutkan di Kampung Budaya Polowijen pada hari berikutnya. Kegiatan ini melibatkan banyak sanggar atau kelompok kesenian lainnya.

"Kami melihat ini sebagai kesempatan untuk merayakan serta melestarikan seni budaya Malang yang kaya, dari yang tradisional seperti bantengan, jaranan dan topeng, hingga tarian kontemporer," ujar Dr. Roby Hidajat. “Malang ini keseniannya banyak dan beragam, setidaknya hari tari itu mereka bisa merayakan bersama sekaligus melestarikan kesenian asli Malangnya,” tambahnya sambil menceritakan bahwa menjaga tradisi itu harus gembira salah satunya bantengan, jaranan, topengan termasuk tari-tari lainnya.

Festival ini juga dihadiri oleh grup seni ternama seperti Bantengan Putra Manunggal Rajendra Shankar Polowijen dan Nandaka Sri Rajasa Jabung. Acara juga dimeriahkan oleh pertunjukan dari berbagai penari berbakat yang mempersembahkan tari Remo, tari Beskalan Putri Malang, tari Jaran Monel, tari oglek, tari Topeng Sabrang, tari topeng Bapang, tari topeng Ragil Kuning, Gambyong Parianom, tari Anoman, dan masih banyak lagi.

Salah satu atraksi menarik adalah 20 anggota Jowo Line Dance, besutan Ki Rinto Syah, membawakan tarian dengan ldengan ragam gerak yang kompak dan salah satunya menari lagu Mberot yang lagi booming dan viral, menciptakan suasana gembira yang menjadi esensi dari perayaan ini. "Karena kita mengajak gembira dan dengan menari maka kita menari untuk sehat bersama menepis lupa," ungkap Dr. Roby.

Penampilan lain yang tidak kalah menarik adalah dari Cak Marsam, seniman ngidung jula juli Malangan, yang mengajak penonton bernyanyi bersama lagu-lagu yang berkaitan dengan Hari Tari Sedunia. "Seni pertunjukan seperti ludruk sangat erat kaitannya dengan tari, disitu ada tari Beskalan, Ngremo, Tandakan yang menjadi bagian penting dari ekspresi budaya kami," ucap Marsam. "Jadi kesenian apapun itu butuh tari, karenanya hari tari wajib kita peringati," kata pria yang terkenal dengan seniman ngidung jalanan tersebut.

Festival ini tidak hanya sebagai ajang hiburan, tetapi juga edukasi, terutama melalui aktivitas interaktif dengan jaranan bersama. Pengunjung, termasuk sekitar 200 siswa dari SMA Little Sun School Surabaya, diajak untuk menari bersama dan belajar tentang seni bantengan dan jaranan dari Ki Lelono, seorang pawang bantengan tradisional dari Kota Batu.

Ki Demang, perintis KBP mengatakan bahwa mberot dalam bantengan biasanya menunjukkan momen mengamuk atau menyerang penonton, tapi dalam konteks ini, festival ini mengajak semua untuk menari bersama dalam suasana yang gembira dan inklusif sesuai irama. "Para pemain dan pecinta bantengan perlu mengkolaborasikan bantengan dengan kesenian lainnya, karena bantengan nyata lebih banyak penggemarnya," jelas pria yang bernama asli Isa Wahyudi tersebut.

Mberot Gembira juga ingin memperkenalkan bahwa bantengan tidak harus seram, menakutkan, menyerang dan kalapan. Tapi bantengan dapat di jadikan sebagai wahana cinta seni dan budaya kita," tutupnya.

Acara ini membuktikan bahwa seni tari dapat menjadi sarana untuk merayakan, mengedukasi, dan mempersatukan masyarakat dengan menari agar mereka bisa merasakan sensasi bantengan bersama. "Malang Menari Mberot Gembira" berhasil tidak hanya mempertontonkan keindahan seni tari Malang, tapi juga meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.

 

Reporter: Francis Xavier

 


Anda mungkin juga menyukai

Comments

https://efnews.id/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!